[IslamRahmatanLilAlamin] Khilafah: Negara yang Menjaga Keturunan

Salah satu fitrah manusia adalah adanya naluri untuk melanjutkan keturunan. Allah ciptakan manusia berpasang-pasangan, Ia berikan rasa tertarik pada lawan jenis dan rasa sayang pada anak-anak, dengan tujuan utama untuk melestarikan jenis manusia. (Baca QS. An-Nisaa: 2)

Karena itu Allah mengharamkan segala aktivitas yang bisa membelokkan manusia dari tujuan itu. Islam melarang zina, homoseksual, lesbianisme, incest (hubungan seksual sedarah), dan sejenisnya.

Islam memasukkan berbagai penyimpangan tersebut ke dalam jajaran dosa-dosa besar. Pelakunya diancam dengan adzab yang pedih di akhirat dan sanksi yang berat di dunia.

Islam juga melarang pengadopsian anak dan semua hal yang akan mengacaukan garis keturunan.

Sebagai solusinya, Islam mengatur hukum-hukum tentang pernikahan, perwalian, persusuan, pengasuhan anak, dan mencegah berbagai maksiat yang dapat merusak keturunan.

Untuk mewujudkan itu, Islam menanamkan akidah dan tsaqafah Islam dalam keluarga dan sekolah, memisahkan kehidupan laki-laki dan perempuan, membangun kontrol sosial dalam masyarakat dengan amar makruf dan nahi munkar, serta menegakkan negara yang menindak perilaku kriminal semisal penyimpangan seksual.

Begitulah realitas yang diwujudkan Khilafah Islam di masa lalu. Peradaban Islam tidak membiarkan zina merajalela dengan adanya tempat pelacuran sebagaimana yang marak kita jumpai saat ini. Jika ada yang terbukti secara syar'i telah berzina maka negara akan menegakkan hukum rajam (bagi yang sudah menikah) atau cambuk (bagi yang belum menikah)

Di saat hari ini sekulerisme diterapkan dalam kehidupan, bukannya menjadi penjaga, negara justru menjadi 'fasilitas' perusak keturunan. Pelacuran dilegalkan dengan dalih lokalisasi penyakit, kondomisasi jadi solusi, zina 'boleh' asal suka sama suka. Ini diperparah dengan sikap orang tua dan masyarakat yang cenderung apatis dan permisif. Bukankah peradaban ini terbukti gagal menjaga keturunan manusia? Bukankah saatnya kita kembali kepada syariah, yang datang dari Dzat Yang Maha Mulia? []